Jangan Lupa Sejarah Desamu !

Monday, September 26, 2016

On 4:48:00 AM by LombokFamilyConsulting   No comments
MURASALAH SHUHBIYYAH
(Min Baladil Haram ila Anfenani)
KORESPONDENSI ULAMA HARAMAIN KE ULAMA NUSANTARA.

Dokumen sejarah ini bercerita tentang hubungan keberkahan keilmuan Dan relasi perjuangan dalam berbagai dimensi. Kita telaah satu persatu Surat shuhbiyyah ulama ini kepada guru besar NAHDLATUL WATHAN TGKH M.ZAINUDDIIN AM.
1. SURAT DARI SYAIKH ISMAIL USTMAN ZAIN ALYAMANI AL MAKKY AYAHANDA DARI SYAIKH DR MUHAMMAD ISMAIL USTMAN ZAIN.
Beliau bertutur dengan bahasa yang tawadhu' dari sang faqir kepada Allah ISMAIL USTMAN ZAIN kehadapan Saudara Kami yang mencintai Kami Da'i yang terhormat SYAIKH Muhammad Zainuddin. Beliau beriqrar dengan lima Hal: annana nuwali man tawallauna: Kami tidak akan tunduk patuh kepada siapapun orang yang berpaling darimu.wa nuhibbu man yuhibbuna: Kami mencintai siapapun yang mencintaimu. Man laa yuhibbukum laa nuhibbuhu: orang yang tidak mencintaimu Kami tidak akan pernah mencintainya sematamata mengamalkan hadis nabi Muhammad saw. Fanardho ma tardhauna: Kami rela suka senang terhadap apa yang engkau senangi Dan Kami benci apa yang kamu benci.
Semoga keselamatan DARI Allah untuk mu wahai sahabatku SYAIKH Zainuddin.
KATA HATI SANG ULAMA KEPADA SYAIKH ZAINUDDIN. DURHAKA BESAR BAGI SIAPA SAJA YANG MELANGGAR KATA HATI SANG ULAMA INI.
2. UNGKAPAN PENGHORMATAN PROF.DR MUHAMMAD ALAWI ALMALIKY
SIYADAH ALMUHTARAM ALMUKARRAM ALMURABBY ALKABIIR ALMUJAAHID ALAZHIM FI SABIILILLAH ASSYAIKH MUHAMMAD ZAINUDDIN.
Hadiahmu yang berharga itu telah sampai kepadaku Dan aku terima dengan penuh suka cita.
Kami berdoa untukmu Dan untuk organisasi NAHDLATUL WATHAN beserta seluruh thullab yang mengaji Di saya agar diterima semua perjuanganmu oleh Allah.
Saya memohon kepadamu Saudaraku untuk memasukkan namaku Muhammad ALAWI bersama namamu Dan nama madrasah asshaulatiyah Di saat membaca hizib imam alghazali (assirrul mashun) a'daauna lan yashilu ilana binnafsi...wa ila muhamad ALAWI wala ila Muhammad Zainiddin wa ila asshaulatiyati...moga diperkenankan.
Terakhir saya berhadiah kepadamu berupa uang 3jta rupiah untuk membatu perjuangan madrasahmu.
Sekian jangan lupakan Kami dalam doamu.
Ini pelajaran penting BAGI Kita bagaimana seorang ULAMA saling berbagi doa Dan berbagi hadiah. Semata2 merekat tali ukhuwwah ijtihadiyyah wa ilmiyyah antara sesama ULAMA Aswaja. Subhanallah beruntunglah orang yang pernah mujalasah dengan Beliau semua.
3. TAUTAN HATI SANG MUDIR Madrasah asshaulatiyah SYAIKH Mas'ud Salim Rahmatullah.
Hadratashohibil fadhilah wa lidinalkarim wa ustazina aljalil maulanassyaikh Muhammad ZAINUDDIN.
Surat ini sangat panjang sekali 3 lembar yang intinya sebagai berikut:
Kecintaan Kami kepadamu tidak bisa tertandingi baik Di alam nyata maupun Di alam doa sebab engkau Barokatussalaf (berkahnya orang shaleh) sebaik baik orang yang cinta kepada madrasah shaulatiyah Dan keluarga Madrasah shaulatiyah.
Saya pastikan untuk membaca doa hizib Dan wirid wirid yang engkau ajarkan maupun yang engkau terima DARI masyaikh untuk diamalkan Di madrasah shaulatiyah.
Saya membenci orang orang yang membencimu memusuhimu apalagi menghalangi perjuanganmu..apa yang terjadi saat ini yang menimpa NW sungguh menjadi musuh NW Dan musuh ULAMA'. Maka tiada henti2nya Kami bermohon Semoga mereka yang tidak senang kepadamu mendapatkan hidayah.
Terakhir Saya merasa senang Dan bahagia sekali dengan kedatangan Cucumu LALU SAKTI ( TGH.L.Gede SAKTI Muhammad Ali Amir Murni) yang akan melanjutkan studinya Di Madrasah Shaulatiyah Saya berharap bisa menuntut ilmu Dan menjadi keluarga besar Asshaulatiyah.
4. Surat kehormatan DARI SYAIKH Qosim Alahdal.
Shohibal Fadhilah maulana alallamah almujaahid ASSYAIKH Muhammad zainuddin..
Beliau bertutur Kami sangat mencintaimu Dan bahagia sekali bisa bersua meski via Surat ini. Kami setiap hari setiap waktu dengar namamu disebut disanjung Dan didoakan oleh guru besar Kita Maulana alallamah ASSYAIKH Muhammad hasan massyath. Maka tidak ada KATA lain selain mencintai perjuanganmu Dan membenci siapapun yang merusak perjuanganmu.
Sekalian Kami sampaikan salam DARI putra guru besar Kita.
5.Kiriman akademik DARI dosen Univ. Ummul Quro Dr. ABDULLWAHHAB IBRAHIM ABU SULAIMAN.
SHOHIBAL FADHILAH BAQIYATUSSALAFI ASSOLIH ASSYAIKH ZAINUDDIN.
Beliau bertutur bagaimana SYAIKH ZAINUDDIN menerima riwayat riwayat keilmuan baik hadis fiqih DARI ulama2 besar yang hidup pada zamannya Saya pastikan SYAIKH ZAINUDDIN lah yang masih tersisa DARI ulama2 besar itu. Saya tidak segan2 minta ijazah Dan syahadah terkait riwayat2 yang Beliau terima DARI ulama terdahulu.
Terima kasih atas perjumpaan ini Dan Kami tetap setia mengikuti Dan memperjuangkan NAHDLATUL WATHAN sebagai wadah perjuangan.
Saudaraku! Itulah pengakuan Dan pembelaan setia kepada pendiri NWDI NBDI NW. Di mana HATI nuranimu jika engkau berusaha menghancurkan perjuangan NW. Kuwalat Kuwalat Kuwalat lah orang yang menghancurkan perjuangan NW perjuangan Islam. Nasalullah al aafiyah.

Copas dari fb Dr. TGH. Fahrurrozi Abu Raziqi, MA.

Saturday, April 23, 2016

Biji Tasbih itu Terus Berputar

Cerita ini berasal dari Raden TGB. H. L. G. Muhammad Zainuddin Ats-Tsani. Dia adalah cucu kesayangan al-Magfurulah Maulanasyaikh. Kecintaan maulanasyaikh kepadanya dengan terlihat dari nama Zainuddin Ats-Tsani yang berarti "Zainuddin Kedua" diwariskan langsung kepadanya. Bahkan sejak masih kanak-kanak Maulana Syaikh telah memanggilnya dengan Tuan Guru Bajang.
Pada masa kanak-kanak, RTGB. H. L. G. Muhammad Zainuddin Ats-Tsani seringkali diperintahkan oleh maulanasyaikh untuk memijit kaki beliau. TGB tidak pernah meninggalkan kamar tidur maulanasyaikh kecuali beliau sendiri yang mengatakan telah cukup. Seringkali ia tertidur di bawah kaki Maulana syaikh sampai fajar menjelang. Satu hal yang selalu membuat TGB takjub adalah meskipun telah tertidur pulas, biji tasbih di tangan beliau senantiasa berputar. Hal itu berarti meski tertidur Maulana Syaikh tetap berdzikir. Sebab hati beliau tidaklah tertidur meski mata beliau terpejam. Cerita ini disampaikan oleh RTGB dalam Irsyadat Wattawjihad Shilaturrahmi Pegawai YPPPSZ NW Anjani di Wisma Dewi Anjani (02/04/15).
Cerita lainnya diceritakan oleh beberapa orang Mutakharrijin Ma’had DQH NW. Salah satunya adalah kesaksian thullab Ma’had generasi awal yang mendapat pengajaran langsung dari beliau seperti TGH. L. Anas Hasyri, QH., TGH. Mahmud Yasin, QH (Alm.) dan TGH. Hilmi Najamuddin, QH dalam pengajian-pengajian selama penulis menimba ilmu di MDQH NW Anjani, bahwa maulana syaikh senantiasa berdzikir dalam keadaan apapun. Hal ini terlihat dari keseharian beliau yang tidak pernah melepaskan biji tasbih beliau kecuali dalam keadaan terttentu yang tidak memungkinkan untuk itu. Bahkan ketika beliau menjelaskan pelajaran di Ma’had atau dipengajian manapun biji tasbih yang beliau pegang akan senantiasa berputar yang berarti beliau tetap berdzikir dengan hati (dzikir sirr) meski lisan beliau sedang berbicara.

Saturday, April 16, 2016

Pada pagi itu,  semua jalan yang menuju kebun ayu dari segala penjuru dipagar betis. Dijaga ketat oleh aparat  berseragam lengkap dengan senjata. Entah berapa banyaknya tak dapat dihitung. Konon ada instruksi kalau ada mobil putih itu lewat harus dicegat, kalo tidak mau dicegat tembak bannya.


Memang sejak malamnya, aparat sudah berkeliaran di Kebun Ayu dan sekitarnya. Mereka berusaha menggagalkan pengajian silaturahmi Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid di Madrasah NW Kebun Ayu. Maulanasyaikh yang sudah menerima laporan dari jamaah tentang suasana yang mencekam itu, mengaskan ; ‘’biar diledakkan bom di Kebun Ayu pengajian jalan terus."

Demikianlah, setelah jarum jam menunjukkan angka 10.30 melajulah dengan tenang mobil putih (mobil setengah abad) yang beliau tumpangi di depan aparat yang  berjejer di pinggir jalan di pertigaan jalan menuju Kebun Ayu. Sewaktu melihat mereka, Maulanasyaikh tiba-tiba berkata : ‘’Ni Tuan Guru Bajang Lawan’’, sembari melirik kepada Cucunya Lalu Gede Muhammad Zainuddin Ats-Tsani yang waktu itu baru berumur 8 tahun.
Ajaib, mereka yang berjejer di pinggir jalan itu tidak ada yang menegur dan tidak ada yang menyapa. Semua berdiri seperti patung. Demikian juga setelah sampai Kebun Ayu tampak banyak sekali aparat yang berjaga-jaga, semuanya membisu. Akhirnya sampailah Maulana Syaikh di lokasi pengajian, yaitu di Madrasah Ibtidaiyah NW KEBUN AYU.

Sewaktu kendaraan belok kiri menuju gang madrasah, pengusaha desa tiba-tiba membuang jaketnya ke tengah jalan karena sangat kesal akibat usahanya yang gagal total.
Maka berlangsunglah pengajian dengan tertib dan aman. Demikian cerita sopir Maulana Syaikh dan pengurus Madrasah NW KEBUN AYU.

(Dikutip dari buku: "Orang Maroko Itu Sembuh di Lombok Kumpulan Keramat Maulana Syaikh TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJDID", yang ditulis oleh Mantan Sekjen PBNW, Drs. TGH. Abdul Hayyi Nukman, MM.)

On 5:52:00 PM by LombokFamilyConsulting in , ,    No comments

Pada suatu pagi, datanglah berkunjung kepada Maulana Syaikh TGKH.MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID seorang murid dari Kembang Kerang Lombok Timur. Sang murid menyampaikan  maksud kedatangannya seraya berkata : ‘’saya sudah bernazar kalau dikaruniai anak laki-laki, saya akan mencukurnya di maqam Datok Badar di depan mimbar Masjid Pancor. 

Alhamdulillah telah lahir anak saya laki-laki. Untuk itu saya memohon kesediaan Maulana Syaikh untuk mencukur anak saya itu”.
Beliau langsung menjawab. “ya mari kita berangkat’’.
’’tetapi hujan mulai turun, Maulana Syaikh”, kata sang murid.
 ‘’mengapa kau takut pada hujan, mari kita berangkat’’, tegas beliau.
Lalu berangkatlah Maulana Syaikh diiringi sang murid berjalan kaki tanpa menggunakan payung. Ketika sampai di perempatan Pancor, turunlah hujan dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari langit.
Waktu itu tampaklah salah satu kekeramatan Maulana Syaikh sebagai Waliyullah. Maulana Syaikh bersama murid tidak ada yang basah meskipun diguyur hujan yang sangat lebat itu. Sang murid itu adalah H. Zainuddin dan bayi yang dicukur itu, kini kita kenal dengan nama TGH. M. RUSLAN ZAIN AN-NAHDLI, salah seorang masyaikh Ma'had DQH NW ANJANI, alumni Madrasah shaulatiyyah Makkah al-Mukarramah yang masyhur itu.

(Dikutip dari buku: "Orang Maroko Itu Sembuh di Lombok Kumpulan Keramat Maulana Syaikh TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJDID", yang ditulis oleh Mantan Sekjen PBNW, Drs. TGH. Abdul Hayyi Nukman, MM.)
Adalah seorang nahkoda bernama Ladini Rasyidi, pada suatu hari memulai pelayaran dari Sulawesi menuju Surabaya.
Di tengah laut lepas kapalnya diserang badai. Hujan turun sangat lebat. Angin topan betiup menderu-deru sangat kencang. Gelombang menggunung bergulung-gulung. Suara petir menggelegar sambung menyambung. Kilat tidak henti-hentinya menyambar. Suasanapun gelap gulita. Mesin kapal macet dan nahkodapun kehilangan arah. Sangat menyeramkan. Kemudian kapal itu dibawa arus berhari-hari, terombang-ambing dimainkan gelombang. Akhirnya anak buah kapal kehabisan bekal. Mereka kehilangan tenaga bahkan ada yg pingsan. Mereka pasrah kepada Allah Yang Maha Kuasa.

Dalam suasana mencekam seperti itu, naiklah Ladini Rasyidi sang nahkoda ke atas geladak kapal. Di situlah dia berdoa dengan khusyuk. Tiba-tiba kelihatanlah seorang berperawakan sangat besar dan tinggi  memakai jubah dan sorban warna putih terbang dari arah timur menuju nahkoda. Semakin dekat orang yang berjubah itu kelihatan semakin kecil dan setelah sampai di depan sang nahkoda, orang berjubah itu Nampak seperti perawakan manusia biasa ramping dan tinggi dengan alis putih. Kemudian orang berjubah itu mengajar sang nahkoda sebuah doa.
Sesudah doa itu dibacakan oleh nahkoda, orang berjubah itu menghilang dengan meninggalkan pesan ‘’nanti kalau ada kelihatan benda selain air segeralah menuju ke sana!’’.
Tidak lama kemudian di kejauhan nampaklah  sebuah tongkat tertancap di tengah lautan. Dengan segala macam cara mereka berusaha mendekati tongkat itu. Setelah mendekat, tiba-tiba tongkat itu berubah menjadi daratan. Ajaibnya , daratan itu adalah tempat kampung halaman sang nahkoda. Alhamdulillah mereka selamat.

Beberapa tahun kemudian, Ladini Rasyidi secara kebetulan bertamu dirumah seseorang berasal dari Pulau Lombok yang merantau ke Banjarmasin, namanya Safaruddin. Rumah orang itu tidak begitu jauh dengan rumah Ladini Rasyid. Di ruang tamu, Ladini terperanjat melihat foto  yang terpampang yang sama persis dengan orang tua berjubah yang telah menolongnya ketika tertimpa musibah di tengah laut itu. Ternyata itu adalah foto Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid. Maka bertanyalah dia tentang Maulana Syaikh. Sejak saat itu dia berencana untuk menziarahi Beliau di Lombok.

Kemudian setelah beberapa tahun, pergilah dia ke Lombok menziarahi Maulana Syaikh sekaligus menyerahkan anaknya, Muhammad Ali untuk belajar di sana.
“yang sangat mengherankan bagi saya, poda pertemuan pertama kali itu, Maulana Syaikh setelah menjawab salam saya langsung bertanya kepada saya ; bagaimana cerita yang dulu itu?’’ kata Ladini Rasyid mengakhiri ceritanya kepada TGH. Lalu anas Hasyri, QH. seorang Murid Maulana Syaikh  Alumni Maderasah Shaulatiyyah Makkah, dan salah seorang Masyaikh MDQH NW ANJANI ketika berkunjung ke rumahnya di Banjarmasin.

(Dikutip dari buku: "Orang Maroko Itu Sembuh di Lombok Kumpulan Keramat Maulana Syaikh TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJDID", yang ditulis oleh Mantan Sekjen PBNW, Drs. TGH. Abdul Hayyi Nukman, MM.)

On 5:29:00 PM by LombokFamilyConsulting in , ,    1 comment
ORANG MAROKO ITU SEMBUH DI LOMBOK

Adalah seorang wanita muslimah asal Maroko tinggal bersama kakak laki-lakinya bernama Din Paris. Kakaknya itu bekerja di sebuah maskapai  penerbangan.
Pada suatu waktu, wanita itu ditimpa penyakit aneh. Dia tidak bisa melihat manusia, tetapi selain manusia bisa dilihatnya dengan jelas sedangkan pendengarannya masih normal. Kakaknya yang juga menganut Agama Islam itu telah membawa adiknya berobat kemana-mana.
Ada empat Negara yang sudah mereka kunjungi  untuk berobat termasuk Amerika, tetapi penyakit aneh itu tidak kunjung sembuh. Maka berencanalah sang kakak mencari  paranormal, lalu pergilah mereka ke Thailand dan ikut pula bersama mereka seorang beragama nasrani  yang menjadi stafnya di Kantor Maskapai Penerbangan di Paris. Di Bangkok mereka menginap disebuah Hotel di luar kota. 
Pada suatu sore mereka keluar hotel untuk mencari paranormal. Ditengah jalan mereka bertemu dengan seorang petani berpakaian lusuh dan bertopi robek membawa bajak. Sang kakak bertanya kepada orang itu.: ‘’dimanakah ada paranormal disini?’’ lalu dia menjelaskan penyakit adiknya. Orang itu berkata: ‘’berobatlah pada orang ini di Lombok”, sambil memperlihatkan selembar foto. Foto itu langsung diambilnya dan ketika dia memperhatikan foto itu, tiba-tiba hilanglah orang itu.
Kemudian bertolaklah mereka ke Indonesia dan mendarat di bandara Ngurah Rai Denpasar.
Di bandara mereka bertemu dengan penjual Es, Akmaludin namanya, berasal dari Kembang Kerang Lombok Tengah.
Sang kakak bertanya : ‘’kenalkah engkau dengan orang ini?’’, sambil memperlihatkan foto itu. “O, ini adalah foto Guru saya’’, jawab akmaludin. Orang itu kelihatan ragu-ragu, lalu penjual es itu mengajak mereka ke tempat kosnya. Setelah sampai dia langsung mengambil foto Maulana Syaikh yang persis sama dengan yang dipegang oleh orang itu, lalu ditunjukan kepada mereka. Maka yakinlah mereka. Lalu mereka mengajak Akmaluddin ke hotel. Di Hotel mereka merencanakan keberangkatan ke Lombok .
‘’Kalau kita berkunjung ke Guru saya, wanita harus berjilbab’’. Kata Akmaluddin.
Sesudah wanita itu dibelikan jilbab maka berangkatlah mereka ke Lombok dan mendarat di Bandara Selaparang Mataram. Kemudian mereka melanjutkan perjalanan dan singgah sebentar pada keluarga Akmaluddin di Kembang Kerang. Selanjutnya mereka berangkat ke tempat kediaman Maulana Syaikh di Lombok Timur.
Sesudah sampai, kakak beradik itu diterima langsung oleh Maulana Syaikh, sedangkan yang beragama Nasrani menunggu di luar.
Maulana Syaikh mengobati orang itu dengan do’a dan sebotol minuman dan orang itu Beliau suruh mengamalkan Wirid singkat. Orang yang sakit itu langsung meminum air itu sedikit sekaligus membasuh mukanya. Setelah pamitan mereka berangkat menuju Kuta Lombok Tengah. Sesampai di Kuta mereka masuk Hotel. Di hotel itulah wanita maroko yang sakit itu kembali meminum air dari Maulana Syaikh itu dan membasuh wajahnya. Dengan izin Allah Yang Maha Kuasa orang itu langsung sembuh. Dia bisa kembali melihat manusia. Karena luapan gembiranya dengan tiada disengaja dia langsung merangkul Akmaludin  yang telah berjasa membawanya ke hadapan Maulana Syaikh TGKH.MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID, sehingga dia sembuh dari penyakit yang sudah lama dideritanya itu.
Demikianlah penuturan TGH. Hayatuddin, BA. Salah seorang murid Maulana Syaikh yang berdomisili di Kembang Kerang Lombok Tengah. Dia adalah paman dari akmaluddin.

(Dikutip dari buku: "Orang Maroko Itu Sembuh di Lombok Kumpulan Keramat Maulana Syaikh TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJDID", yang ditulis oleh Mantan Sekjen PBNW, Drs. TGH. Abdul Hayyi Nukman, MM.)

Wednesday, April 13, 2016

RINJANI WA MAA ADROOKA MAA RINJANI
"Pulau Sasak kecil sekali
Tapi gunungnya besar dan tinggi
Kalau-lah orang pandai mengkaji
Pastilah sujud seribu kali"

Lebih dari 20 tahun yg silam, tepatnya pada hultah NWDI yang ke 60 saya mendapatkan ijazah Doa oleh al-Magfurulah Maulanassyaikh TGKH. Muhammad Zainuddin AM, yaitu DOA ASSIRRU ARROBBANY BI RINJAANY AL ANFENAANY.
Kalau diterjemahkan nama doa ini, kira2 begini terjemahannya: Rahasia Tuhan bagi Rinjany Al-Anfenaany. Saya mencoba mengurai makna di balik teks ini:
Pertama: Rinjani Simbol ketinggian dan kemuliaan. Logika Al-Quran Wal jibaala autaada. Gunung-gunung menjadi pasek/penegak bumi.
Kenapa Gunungnya lebih besar dari bumi yang ditopangnya? Apa rahasia Allah di balik ini?
Gunung Rinjani adalah gunung berapi yang masih aktif tertinggi di Indonesia. Dengan ketinggian lebih dari 3200an meter di atas permukaan laut, Rinjani menjadi satu-satunya gunung berapi aktif di Indonesia yang kawahnya tetap menggelegar di dalam perut bumi sepanjang tahun. Dengan ketinggian 3200 meter DPL, sementara pulau yang ditopangnya hanya sekitar 100 km/segi, Artinya Gunung Rinjani Gunung tertinggi Di bumi Allah ini sebab bilangan pembaginya lebih kecil dan sedikit. Lihat Gunung Himalaya memang tinggi tapi lihat benua yang ditopangnya sungguh besar dan luas berarti secara pembagian faraidh Gunungnya menjadi kecil dan rendah.
Di Indonesia sendiri, terdapat Gunung Jayawijaya di Irian Jaya (Papua/Irian Barat) menjadi gunung tertinggi. Namun melihat pulau Irian Jaya yang sangat luas maka tidak sebanding juga dengan ketinggian gunung tersebut, selain itu gunung Jaya Wijaya adalah gunung berapi yang sudah tidak aktif lagi.
Kedua: redaksi Rinjani adalah Diri Maulanassyaikh Sendiri nama samaran yang sesungguhnya mencerminkan kemerendahan/ Tawaddhu' Maulanassyaikh untuk tidak mengatakan diri beliau memiliki keutamaan dan ketinggian yangg tak tertandingi (ibn zamaanihi/ sibawaihi zamaanihi/ baqiyatussalafi assholeh dan banyak lagi gelar yg diberikan oleh waliyullah terhadap diri beliau. Saya mengatakan demikian Coba lihat Sifat dari Rinjani Al-Anfenaany. Kebiasaan dalam bhs Arab benda2 besar dan tak terjangkau umumnya Sifatnya muannats. Jadi semestinya Rinjani al-Anfenaniyyah Rinjani yg dinisbahkan di lembah anfenan. Tapi redaksinya Rinjani al-Anfenaany. Sebutan ini beliau sebut minimal 3 kali:
1) Dalam kitab Nahdhatuzzainiyyah: yaquulu rooji afwa robbihil majid ALANFENAANY najlu abidilmajid.
2) Dalam Doa ilmu dasar: Nahdhatul Wathan fil khair.......sampai Assyaikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid al-Anfenaany.
3) Dalam Kitab pengantar Bughyah al-Musytarsidin...kata akhirnya Al-Muhib al-Anfenany.
Itu semua mempertegas Rinjani yang tertinggi di jagat dunia ini adalah Maulanassyaikh yg dikenal keilmuan, kealiman dan perjuangannya. Susah mencari tandingannya pada zamannya.
Ketiga: acapkali Maulanassyaikh bercerita tentang Gunung Rinjani beliau selalu berkata Rinjani wa maa adroka maa Rinjani.
Apapun yang terjadi dengan Rinjani beliau selalu mengatakan Apa hikmah di balik itu semua. Tahun 1994 gunung Rinjani pernah mengeluarkan lumpur tanah yang menyebabkan aliran Sungai se-kecamatan Aikmel yang berada di bawah lembah gunung Rinjani meluap dan banjir lumpur di sepanjang alirannya. Beliau berucap Pade inget inget selapuk anak2ku murid2ku Rinjani nengke jangkenne ngentut (ingat2 rinjani sdg kentut) ngumbe akibatne jemak tegehne ngutak (bagaimana akibatnya besok jika meletus).
Pada tahun 1995 rinjani pernah mengeluarkan abu yg bisa membuat masyarakat Lombok begitu susah menghindar dari debu gunung rinjani itu.
Begitu tahun 1997 awal hujan tak kunjung turun negara sudah mulai tdk stabil maka Maulanassyaikh tidak diinginkan hidup oleh Allah di era fitnah maka beliau pindah ke hadirat Allah diwafatkan di akhir tahun 1997 setelah itu apa yg terjadi krisis moneter krisis kepemimpinan. demonstrasi besar2 an untuk menggulingkan soeharto..itulah yg disebut oleh nabi. Mautul aalimi zulmun meninggalnya orang yg alim itu adalah fitnah dan malapetaka.
Gunung Baru Jadi adalah gunung baru yg mmberikan teguran kepada semua yg tidak menjalankan amanah Allah. Teguran terhadap ketidakadilan teguran terhadap kethamaan duniawi...coba berenunglah kenapa gunung baru jari yg meletus kenapa enggak gunung rinjani yg tinggi itu...artinya sudah banyak yg tidak tahu arti kemuliaan keagungan ketinggian kehormatan dan keteladanan...Maka Maulanassyaikh cukup beliau bernasihat Assirru Arrobbany bi Rinjaany alanfenaany. tak ada ungkapan yg paling utama selain Hasbunallahu wa nikmal wakiil nikmal maula wa nikma annashir wa la haula wala quwwata illa billahil aliyyil aziem...ini tertulis dlm doa sirrurrabbani yg diijazahkan 20 tahun silam.
(Dikutip dari Status Dr. H. Fahrurrozi Dahlan, QH. MA dengan penambahan dan perubahan seperlunya)
Tasbih Tawajjuh Maulanasyaikh
Ini adalah salah satu shalawat kepada Nabi Muhammad yang disusun dan diijazahkan oleh Maulanassyaikh TGKH M.Zainuddin AM. Ijazah sholawat dan doa tasbih tawajjuh ini diijazahkan oleh Maulanasyaikh pada saat hultah NWDI ke 36 tanggal 27 Agustus 1972.
Berikut isi dan hikmah dari masing-masing item sholawat dan doa tersebut:
Pertama: Shalatu Al-qoim bi huquqillah. Shalawat ini diijazahkan langsung oleh maha guru beliau Maulanassyaikh Hasan Muhammadinil Massyath. Serta diizinkan untuk diijazahkan kembali oleh beliau kepada warga Nahdlatul Wathan. Maulanasyaikh menyebut bahwa Maulanasyaikh Hasan Muhammadinil Masysyath adalah pemilik Nahdlatul Wathan.
Kedua: Doa Dimudahkan memahami ilmu syariat makrifat dan haqiqat. Doa ini juga tertera dalam doa Nurul Hayat yang beliau susun. Faidahnya: "Barang siapa mengamalkannya 'yakuunu 'aliman al-battata' yaitu ia pasti menjadi alim tanpa ada keraguan"
Ketiga: Tasbih Tawajjuh. Yang mengandung faidah dan hikmat yang sangat tinggi diajarkan oleh Nabi Hidir AS bagi seorang yg menderita penyakit kemudian dia amalkan doa ini dia terlepas dari penderitaan serta penyakit yang dideritanya.
Keempat: doa meneguhkan jiwa/fikiran menghilangkan waswas, gundah gulana, dan menambah rizqi.
Naskah doanya dapat dibaca di Dokumen sejarah tulis tangan salah seorang murid Maulanassyaikh di bawah ini. Selamat mengamalkan semoga ijazah 'ammah ini kita mendapatkan Barokah dari Allah berkat kita baca shalawat dan doa mustajab ini.

Amin.
(Dikutip dari status FB: Dr.TGH.Fahrurrazi Dahlan, QH., MA dengan perubahan seperlunya.
)

Tuesday, April 12, 2016

TGH. MAHMUD YASIN, QH

Beliau adalah Mutakharrijin Ma'had DQH yang masa belajarnya 5 tahun karena perubahan kurikulum. Ia masuk ke Ma'had dengan dites langsung oleh pendiri Ma'had DQH NW. Selama belajar ia adalah seorang murid yang sangat tekun berkhidmat kepada Maulana dan merupakan salah satu dari sedikit murid Ma'had DQH yang diangkat menjadi Masyaikh langsung oleh Maulanasyaikh.

Beliau adalah murid kesayangan Maulanasyaikh, Murid yang paling dekat dengan beliau...
Murid yang sering diminta untuk menggantikan pengajian Maulana...
Murid yang paling banyak mengetahui rahasia Maulana samapi digelari Shohib al-asror Maulanasyaikh (sang penyimpan rahasia maulanasyaikh)...
Murid yang paling banyak diijazahkan ilmu Hikmah oleh Maulana...
Murid yang paling setia pada Maulana sampai akhir...
Murid yang berkorban untuk NW dengan segenap jiwa raga dan hartanya...
Murid yang isi tokonya dibakar habis pada tragedi 6/7 september 1998...


Beliau adalah pemimpin pada prosesi memandikan janazah Maulana. Sepanjang hayat beliau hanya pernah memandikan 5 orang saja.
1. Mertua beliau, TGH Abu Bakar, sepit
2. Bapak Maulanassyaikh TGKH Zainuddin Abdul Majid
3. Mamiq Gde Wiresentane
4. Putera beliau : Muhammad Al Wasithy
5. TGH Abdurrahim Thayyib
Semoga Allah memberikan berikan beliau semua tempat yang indah di sisiNya...
Amiin.
(Dikutip dari status FB. TGH.L.Ahmad Syarqawi R. dengan penambahan dan penyesuaian dari admin)

Monday, April 11, 2016



ILMU ITU TELAH PERGI
اَلْحَمْدُ للهِ حَمْدَ عَالِمٍ بِعُلُوِّ شَأْنِ الْعِلْمِ وَاَهْلِهِ
وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحِبِّيْهِ الْجَلِيْلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحَابَتِهِ

Zainuddin adalah ahli ilmu sekaligus inspirasi ahli ilmu
dalam hal ketaatan,
kesabaran,
ketekunan,
keshalihan,
kecerdasan,
kejujuran, dan
kecintaan pada madrasahnya.

Zainuddin adalah ilmu;
terlalu banyak pelajaran yang diambil oleh keluarga besar al-Shaulatiyyah
dari pribadi Zainuddin.

Zainuddin adalah kitab,
catatan,
prosa,
puisi.
Zainuddin menjadi pujian atas keagungan ilmu dan ahlinya.
Wujud Zainuddin adalah ilmu itu sendiri.
Ilmu hidup yang dimiliki al-Shaulatiyyah.

(Renungan Majlis atas Nyanyi Sunyi Syaikh Salim Rahmatullah dan
Keharuan Syaikh Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki)
{
Suatu hari di madrasah al-Shaulatiyyah, ada sesuatu yang luar biasa, tepatnya kesedihan yang susah tergambarkan dengan kata-kata. Kesedihan akibat kehilangan yang teramat dalam. Kesedihan yang berbaur dengan kebanggaan. Kehilangan yang bertabur dengan keharuan. Saat itu Mudir al-Shaulatiyyah membuka rahasia hatinya atas cintanya yang teramat dalam pada muridnya, Zainuddin. Cerita ini adalah cerita gairah ahli ilmu pada sukacita mengajar sepanjang tahun di madrasah tertua di jazirah Arabia itu. Cerita tentang kehadiran murid cerdas dan paling berpengaruh dalam sejarah madrasah itu. Dialah Zainuddin, putra Indonesia.
Suatu hari Zainuddin datang dengan penuh harap untuk menjadi murid di madrasah itu. Ditentengnya ijazah sekolah dasar atau sekolah rakyat pemerintah Belanda. Ternyata ijazah itu tidak penting. Untuk bisa duduk di madrasah itu, siapapun tak terkecuali Zainuddin, wajib mengikuti ujian masuk. Hari itu Zainuddin diterima oleh guru Muda bernama Hasan bin Muhammad. Guru muda yang nyaris seumuran dengan Zainuddin.
Hari itu juga sang guru muda meminta Zainuddin agar siap diuji. Ujian pun berjalan lancar. Berdasarkan hasil tes, Zainuddin dinyatakan lulus dengan kenyataan yang tidak dibayangkannya. Ia dinyatakan lulus di kelas tiga. Dalam rasa tidak percaya, Zainuddin memohon langsung pada guru muda yang berada di hadapannya agar ia diperkenankan tidak langsung di kelas tiga. Ia meminta agar bisa belajar dari kelas dua. Keinginannya tidak langsung diterima karena berdasarkan hasil placement test Zainuddin berhak di kelas tiga. Dengan pertimbangan yang disampaikan oleh calon murid cerdas itu, akhirnya ia diperkenankan masuk di kelas dua.
Bismillah, hari itu ia belajar di kelas dua.
Murid yang direkomendasikan di kelas tiga namun memilih belajar di kelas dua itu ternyata murid luar biasa. Kemampuannya sangat luar biasa. Diikutinya proses belajar dengan mudah, namun justru kemudahan belajar bagi Zainuddin yang super cerdas tersebut membuat guru di kelas menjadi kurang nyaman. Ketidak-nyamanan yang bukan bermakna negatif. Hal itu karena guru harus memiliki cara berbeda menghadapi murid al-Indonesiy itu. Ia bukanlah murid biasa dengan kemampuan rata-rata, namun dia adalah murid dengan kecepatan belajar yang luar biasa.
Guru kelas dua menyadari potensi muridnya dan progress atau kemajuan murid tersebut dilaporkan kepada mudir atau kepala sekolah. Sidang dewan guru menetapkan Zainuddin untuk dinaikkan kelasnya. Sidang terasa istimewa karena gurunya menginginkan ia tidak naik kelas dengan kawan-kawannya atau naik ke kelas tiga. Sidang menaruh perhatian luar biasa pada murid fenomenal itu. Mungkin saja tidak seluruh guru tahu bahwa murid itu dahulu memang murid kelas tiga yang meminta ditempatkan di kelas dua. Sidang yang taklazim itu kemudian menempatkan Zainuddin dengan keputusan luar biasa. Zainuddin meninggalkan kelas dua dan melompati kelas tiga.
Zainuddin akhirnya diputuskan untuk ditempatkan di kelas empat. Bukankah dahulu ia diminta masuk ke kelas tiga. Bukankah benar pertimbangan gurunya Hasan bin Muhammad bahwa kelas dua tidak cocok baginya. Bukankah itu berarti kelas tiga memang juga bukan untuknya. Ia sebenarnya murid kelas empat. Lalu dijalaninya hari-hari belajar di kelas empat. Sungguh di kelas ini juga ia menjadi murid yang luar biasa. Guru-guru di kelas empat justru menjadi kerepotan mengajar bukan karena menghadapi  murid yang masuk kelas akselerasi tersebut. Para guru bukan repot karena harus mengajar murid dengan beberapa penyesuaian tersebut. Yang menjadi soal adalah murid super cerdas ini ternyata sama sekali tidak mengalami kesulitan mengikuti pelajaran.
Menghadapi kelas Zainuddin, para guru tidak seperti menghadapi kelas yang lain. Para guru harus belajar ekstra sebelum masuk kelas Zainuddin. Para ulama itu benar-benar harus siap jika masuk mengajar di kelas Zainuddin. Para guru bangga memiliki murid cerdas tersebut namun tentu saja kebanggaan itu harus berimbas pada keseriusannya belajar mempersiapkan diri menghadapi muridnya, Zainuddin dan kawan-kawan.
Di kelas empat Zainuddin juga mendapat teman baru yang justru telah mengenyam pelajaran kelas tiga. Lama belajar temannya saat kelas tiga dahulu dan juga umurnya tentu saja berbeda dengan Zainuddin. Di kelas ini lagi-lagi Zainuddin membuat teman sekelasnya geleng-geleng kepala. Bagaimana mungkin murid dari Lombok itu tidak kesulitan sama sekali dalam semua mata pelajaran. Maulana Hasan bin Muhammad juga begitu riangnya setiap kali mengajar di kelas Zainuddin.
Bahkan al-Syaikh Hasan kerap membawa karangannya ke dalam kelas Zainuddin. Salah satu kitab karangannya adalah al-Taqrirat al-Tsaniyyah Syarah al-Manzumat al-Baiquniyyah. Saat di kelas, sang Syaikh meminta Zainuddin mengoreksi (mentashih) karangannya langsung di depan kawan-kawannya. Al-Syaikh Hasan yang bergelar al-Muhaddits al-Ushul tersebut tidak memintanya secara personal namun permintaan tersebut ditunjukkan secara terbuka di depan teman-teman Zainuddin. Secara nyata (hal) Maulana al-Hasan menyatakan bahwa muridnya super cerdas itu adalah ulama yang berhak mentashhih kitab karangan ulama. Dalam hal ini tidak lain adalah gurunya yakni ulama al-Shaulatiyyah yang amat disegani.
Saat suasana belajar di kelas itu, Zainuddin pada awalnya menolak permintaan gurunya mengoreksi kitab tersebut namun sang guru terus meminta agar Zainuddin memeriksa kitab karangannya. Zainuddin malu pada dirinya dan juga sungkan kepada temannya. Zainuddin merasa diri sangat tidak layak mengoreksi karangan gurunya dan apalagi di hadapan kawan-kawan sekelasnya. Kitab itupun (dengan berat hati) diterimanya dari sang guru dan didekapnya erat di jalanan pulang ke kosannya sambil mengikuti pikirannya yang berkecamuk tentang hari belajar yang takwajar.
Sampai akhirnya beliau membaca kitab tulisan gurunya tentang ilmu hadits tersebut. Benar saja ujian khusus dalam bentuk koreksi kitab oleh Maulana al-Hasan telah menempatkan murid cerdas itu pada bagian khusus di hati para ulama Haramain tersebut. Ia dengan penuh ta’zim menyampaikan catatannya pada kitab tersebut sebagai masukan atau koreksi. Dengan hati-hati ditulisnya catatan koreksi itu. Dengan penuh kehati-hatian pula demi menjaga ta’zim disusunnya ungkapan yang tepat ketika memberi catatan koreksi tersebut:
Untuk beberapa pertimbangan beliau menulis: lau kâna kadzâ lakâna ahsan. [Seandainya ditulis begini mungkin lebih cocok]. Beliau bercerita bahwa memberikan komentar tidak sulit namun adab kepada gurulah justru yang sangat sulit dijaga. Beliau khawatir tidak tepat dalam memberi masukan atau koreksi buku tersebut namun beliau lebih khawatir jangan sampai komentarnya tersebut menjadi kurang sopan (su’ul adab) kepada gurunya. Koreksi beliau pada buku tersebut kurang lebih tiga atau empat tempat.
Para kawan dekatnya juga menyadari keahlian Zainuddin, seperti Syaikh Zakaria Abdullah Bila, kawan sekelasnya dari Sumatera. Seorang murid al-Shaulatiyyah yang ahli bahasa itu mengenang bagaimana ia takkuasa membendung hasratnya mengalahkan Zainuddin. Zainuddin adalah kawan dekatnya sekaligus saingan beratnya. Zainuddin adalah sahabatnya sekaligus kompetitor tangguhnya di al-Shaulatiyyah. Zakaria minimal telah belajar di al-Shaulatiyyah lebih lama daripada Zainuddin. Zakaria maksimal belajarnya, sempurna pula rajinnya merasa bahwa suatu saat nanti ia dapat mengalahkan Zainuddin, sekali saja.
Sampailah pada suatu hari ia menemukan cara jitu mengalahkan classmate-nya itu. Itu jelang ujian akhir tahun dan salah satu mata ujiannya adalah Tafsir. Salah satu referensi tafsir itu hanya ada di perpustakaan al-Shaulatiyyah dan tidak dijual bebas. Bergegas ia menuju perpustakaan al-Shaulatiyyah dan meminta kepada penjaga perpustakaan agar kitab tersebut dipinjaminya dan disimpankan untuknya untuk diambilnya nanti. Ia juga berpesan agar tidak memberi tahu siapapun yang mau meminjam buku itu.
Sambil menyusuri jalanan kota Makkah ia kembali ke kosan-nya. Dalam terpekur mengukur jalanan itu, ia menaruh yakin bahwa paling tidak di pelajaran tafsir ia akan mampu mengalahkan Zainuddin. Rupanya Zainuddin juga mencari kitab yang sama. Suatu hari Zainuddin menuju perpustakaan untuk meminjam kitab bersejarah tersebut. Ia berusaha membolak-balik kitab-kitab tersebut. Nihil. Takjua dijumpainya kitab tersebut. Ia yakin kitab itu ada di barisan atau jejeran buku-buku tafsir tetapi kini kemana. Ia kemudian berpikir bahwa buku tersebut pasti sudah ada yang meminjamnya.
Zainuddin pun bergegas menuju penjaga perpustakaan. Sang penjaga mengatakan bahwa dia tidak tahu tentang buku itu. Zainuddin pun bertanya lagi untuk menepis keraguannya bahwa buku itu memang pernah ada di perpustakaan. Tanyanya yang ragu dan berulang itu meyakinkan dirinya bahwa sang penjaga agaknya menyimpan sesuatu. Diyakininya dari raut muka dan nada serta gaya bicaranya yang tertahan itu, sang penjaga menyimpan konspirasi dengan peminjam buku tersebut.
Zainuddin lalu mendekatkan wajahnya kepada penjaga itu dan berkata dengan setengah berbisik, ”siapa sebenarnya yang pinjam buku itu, tolong beri tahu saya“. Awalnya sang penjaga takbergeming namun akhirnya dia membisikkan kepada Zainuddin agar rahasia konspirasi penjaga dengan siapa yang meminjam buku itu tidak bocor. Sudahlah, kalau Zakaria yang meminjamnya pasti aku akan dapat meminjamnya.
Dalam langkah berpaut tanya yang takselesai ia pun menuju kosan Zakaria. Dia berdiri ragu di depan pintu. Salam pun terucap dan sang pemilik kosan pun keluar. “Saya mau pinjam buku, berikan saya membacanya karena sudah Anda pinjam”. Betapa terperanjatnya Zakaria karena ternyata kongkalikong-nya dengan penjaga perpustakaan terbongkar. Walaupun begitu tekadnya mengalahkan Zainuddin di mata pelajaran ini tetap dikukuhkannya. Ia juga semakin kukuh meyakinkan kawan baiknya tersebut bahwa bukan dia yang meminjam buku tersebut. Mata batin Zainuddin melihat gejala ketidakwajaran itu. Namun begitu, tampaknya ia lebih memilih sabar dan kemudian berpamitan pada kawan baiknya tersebut. Ia terjebak dalam dilema antara ingin benar membaca buku itu dengan membongkar trik takmanis kawannya itu dan mengukir sabar bahwa persahabatan lebih utama dibandingkan meraih rangking di kelas.
Cerita ini takterungkap jika saja Syaikh Zakaria, ulama sekaligus pedagang serta pengarang cerdas itu tidak menceritakannya sendiri kisah konspiratif tersebut. Untuk mengalahkan Zainuddin ia harus menyembunyikan kitab referensi tersebut dan membacanya sendiri dengan harapan pembaca tentu tahu isi kitab tersebut dan tentu dapat menjawab soal-soal ujian itu dengan mudah. Praduganya terkubur ketika hasil ujian diterimanya. Ia menatap sahabatnya itu dalam rasa kagum yang teramat dalam. Bagaimana mungkin Zainuddin mampu menjawab dengan demikian sempurna setiap soal dalam kertas ulangan itu sekalipun tidak dibacanya buku yang disembunyikannya itu. Bahkan di beberapa jawaban tersebut Zainuddin merangkai jawabannya dengan syair (puisi) secara spontan saat ujian itu.
Zakaria mengubur hasratnya menyaingi Zainuddin dan serta merta mendayung rasa kagumnya pada kawannya itu. Zainuddin yang menjadi korban upaya cerdas menekuk langkahnya yang selalu sukses juga sesungguhnya tahu itu. Namun jika saja tidak diceritakan oleh sahabatnya, maka cerita kekaguman yang berbau sabotase itu takkan terungkap. Zakaria niatnya hanya menguji apakah dirinya mampu mengalahkan sahabatnya itu dalam hal nilai bukan semata ingin mengalahkan atau menjatuhkan Zainuddin. Ia juga ingin menguji kadar kealiman kawannya itu jika saja materi tersebut ujian tersebut luput dari belajarnya.
Nyatanya kealiman Zainuddin semakin memesona dirinya, kawannya, guru-gurunya dan juga seluruh keluarga al-Shaulatiyyah. Pesona kekaguman itulah yang diceritakan bahwa bagaimana sedihnya keluarga besar al-Shaulatiyyah ketika Zainuddin tamat dan pulang ke Indonesia. Benar saudaraku,  ini bukan cerita kekaguman namun ini adalah cerita kesedihan atas kehilangan murid terbaik al-Shaulatiyyah. Tamatnya Zainuddin telah menjadi prasasti abadi kebanggaan al-Shaulatiyyah namun juga kepergian Zainuddin dari halaman al-Shaulatiyyah telah menciptakan rasa dan aura kehilangan yang tiada tara bagi al-Shaulatiyyah.
Saudaraku, yang pernah belajar langsung kepada Maulana al-Syaikh tentu tahu bahwa sekian pujian yang disampaikan oleh guru dan pimpinan madrasah al-Shaulatiyyah. Pujian al-Syaikh Amin Kutbi, madah Syaikh Salim, ikrar Syaikh Hasan Masysyath, sanjungan kawan-kawannya, semua itu bukan semata pujian. Itu semua bahasa batin, nyanyian jiwa, nada sukma yang mengalir pada diri para ulama besar itu dan mengalir dalam tutur magis itu. Ini bukan keceriaan menyaksikan bulan yang menerpa alam. Ini adalah nyanyian pujian dan kesaksian pada terang bulan yang menjadi suluh dalam gelap alam maya dengan segala kelebihan yang tidak dimiliki murid lain sepanjang sejarah al-Shaulatiyyah. Zainuddin adalah satu-satunya murid al-Shaulatiyyah yang masih disimpan rapi lembar jawaban ujian akhirnya di perpustakaan. Bahkan sampai saat ini.
Ketika Zainuddin sudah tidak lagi di altar madrasah al-Shaulatiyyah, rasa kehilangan itu amat nyata. Kehilangan yang teramat sangat dirasakan oleh pribadi ulama besar bernama al-Syaikh Salim Rahmatullah, guru sekaligus mudir al-Shaulatiyyah kala itu. Kecintaaannya pada Zainuddin terungkap lewat tuturnya yang teramat dalam: cukuplah al-Shaulatiyyah punya satu murid saja asalkan seperti Zainuddin. Ia bernostalgia bagai waktu dahulu saat Zainuddin masih di al-Shaulatiyyah. Ia kerap bermimpi, akankah ada murid al-Shaulatiyyah yang serupa atau mendekati kealiman Zainuddin.
Ungkapan Syaikh Salim itu benar dan jelas bahwa itu adalah bahasa cinta sekaligus bahasa kekaguman atas pribadi yang dicintainya. Zainuddin adalah putra terbaik yang pernah dididik di al-Shaulatiyyah. Zainuddin adalah murid terbaik yang pernah belajar di al-Shaulatiyyah. Zainudddin adalah pemuda terbaik yang melukis keshalihannya dengan belajar jutaan hikmah dari guru-gurunya. Zainuddin adalah anak emas yang telah dilahirkan oleh alam dan dibesarkan di al-Shaulatiyyah. Zainuddin adalah kekasih Allah yang dirasakan hikmahnya oleh al-Shaulatiyyah sepanjang zaman.
Mudir menyadari itu. Mudir menyadari kehilangan yang tiada tara itu. Mudir menyadari bahwa Allah belum menitipkan lelaki cerdas melebihi Zainuddin. Gedung al-Shaulatiyyah seakan merana, penghuninya nelangsa, guru-guru nyaris kehilangan gairahnya. Lorong-lorong bisu, kelas kaku, halaman pucat pasi. Musim demi musim hanya menyimpan kenang, akankah ada Zainuddin-Zainuddin lagi yang datang ke al-Shaulatiyyah untuk belajar. Sampai wafatnya Syaikh Salim takjua dijumpai pengganti murid yang sempurna keshalihan dan kecerdasannya. Rasa kehilangan itu terlukiskan lewat ucapannya yang terlampau romantis: cukuplah al-Shaulatiyyah punya satu murid saja asalkan seperti Zainuddin. Zainuddin dinilainya sebagai satu-satunya cinta yang dimiliki al-Shaulatiyyah. Masa demi masa tidak menyediakan penggantinya.
Kesedihan dan rasa kehilangan diceritakannya kepada murid-muridnya. Mudir selalu, hampir selalu merenung setiap kali mengingat Zainuddin. Salah seorang guru al-Shaulatiyyah yang merekam tangis kehilangan itu adalah Syaikh Damanhuri seperti yang dituturkan muridnya. Dalam cerita beliau, seperti dituturkan salah satu murid al-Shaulatiyyah yakni TGH. Sahri Ramadlan (kastsarallah mistlah), bahwa betapa al-Shaulatiyyah kehilangan yang teramat sangat. Betapa nama Zainuddin adalah nama besar ulama al-Shaulatiyyah Makkah bukan semata ulama Indonesia.
Syaikh Damanhuri saat itu tidak pernah bersua dengan Maulana al-Syaikh Zainuddin namun nama Zainuddin telah menjadi buah hatinya karena Zainuddin telah menjadi buah bibir Mudir yakni Syaikh Salim Rahmatullah, bahkan keluarga al-Shaulatiyyah. Hampir di tiap pengajian beliau hampir selalu menyempatkan menyebut Maulana al-Syaikh Zainuddin. Aneh. Padahal tidak pernah bersua. Aneh. Bagaimana Allah menanamkan keyakinan pada diri sang Syaikh itu tentang keagungan Zainuddin, murid dari gurunya itu. Bagaimana alumni madrasah al-Falah itu begitu mencintai Zainuddin sebagaimana kecintaan guru-gurunya. Rasa cinta Syaikh Salim Rahmatullah kepada Maulana juga merasuk dalam dirinya.
Salah satu cerita kehilangan yang diceritakannya adalah bahwa dalam sekian kali cerita kehilangan yang tiada tara itu, dalam suasana kenang duka kehilangan al-Syaikh Salim pernah berkata:
ذَهَبَ الْعِلْمُ, ilmu telah pergi.
Al-Syaikh Salim cucu pendiri al-Shaulatiyyah itu menyatakan bahwa keluarga al-Shaulatiyyah telah kehilangan ahli ilmu, al-Shaulatiyyah telah kehilangan kebanggaan. Beliau menyatakan bahwa menara ilmu al-Shaulatiyyah telah redup sinarnya. Sosok Zainuddin tidak dilihatnya sebagai murid semata tetapi Zainuddin adalah referesentasi ahli ilmu dan kepulangannya ke Indonesia adalah kehilangan bagi al-Shaulatiyyah. Zainuddin tidak diyakininya hanya ahli ilmu sebagai pribadi tetapi Syaikh Salim cucu Syaikh Rahmatullah itu merasa kekeringan ilmu di al-Shaulatiyyah karena tidak ada lagi yang memacu guru-guru di al-Shaulatiyyah demikian aktif menghadapi siswa terpilih itu. Tidak ada lagi yang bisa menjadi contoh terdekat yang mendorong aktif murid-murid al-Shaulatiyyah setelah Zainuddin pergi.
Zainuddin  dinilainya sebagai ahli ilmu sekaligus inspirasi ahli ilmu dalam hal ketaatan, kesabaran, ketekunan, keshalihan, kecerdasan, kejujuran, dan kecintaannya pada madrasahnya. Zainuddin dinilainya sebagai ilmu karena terlalu banyak pelajaran yang diambil oleh keluarga besar al-Shaulatiyyah dari pribadi Zainuddin. Zainuddin menjadi kitab, menjadi catatan, menjadi natsar (prosa), menjadi syair (puisi). Zainuddin menjadi pujian atas keagungan ilmu dan ahlinya. Wujud Zainuddin menurut Syaikh Salim adalah ilmu itu sendiri. Ilmu yang hidup yang pernah dimiliki al-Shaulatiyyah.
Kini kurang lebih 85 tahun setelah Maulana al-Syaikh meninggalkan madrasah itu, namanya masih menggema di tanah Makkah. Al-Syaikh Salim telah tiada dan digantikan putranya al-Syaikh Mas’ud lalu digantikan oleh Syaikh Majid. Semuanya mengenang Zainuddin. Zainuddin putra Lombok yang dihormati oleh gurunya karena keluhuran budi, keluasan ilmu dan keagungan pribadinya.
Pantaslah al-Syaikh Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas al-Maliki sekembalinya dari Ziarah kepada Maulana al-Syaikh pada tahun 1980-an di depan murid-muridnya beliau berikrar bahwa Maulana al-Syaikh Zainuddin adalah manusia yang tiada bandingannya. Zainuddin adalah manusia yang tiada duanya. Beliau berkata:
مَا فِيْه غَدُّهُ فِى الْعَالَمِ, Zainuddin tiada duanya di dunia.
Salam untukmu wahai guruku,
Salam bi azka al-salam.
On 4:50:00 AM by LombokFamilyConsulting   No comments


AL-BAQIYATUSH SHOLIHAT
الباقيات الصالحات
سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر ولا حولا ولا قوة إلا با لله العلي العظيم
Ini adalah doa yang digunakan oleh Pendiri NW Al-Magfurulah Maulanasyaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid sebagai selingan dalam buku Wasiat Renungan Masa. Ternyata doa ini adalah doa luar biasa dan memiliki banyak sekali keistimewaan.
Doa ini adalah doa yang senantiasa dibaca oleh sulthonul malaikah Jibril AS serta oleh para Malaikat penjaga Arsy. Merupakan salah satu doa terbaik untuk diwiridkan oleh santri, abituren dan warga Nahdlatul Wathan. Minimal 100x sehari semalam. Barang siapa mengamalkannya minimal 100x sehari semalam, niscaya nanti pada hari kiamat ia akan dikumpulkan di Padang Mahsyar dengan pengawalan dari para Malaikat seperti pengawalan seorang raja.
Asbabunnuzul:
1.      Kalimat سبحان الله adalah dzikir para malaikat penjaga Arsy. Ketika mereka diperintahkan oleh Allah untuk memikul Arsy, mereka tidak sanggup untuk memikulnya maka Allah memerintahkan mereka untuk membacanya. Terangkatlah Arsy. Mereka berkata:
هذه كلمة أولى شريفة جليلة

Setelah beribu tahun….
2.      Kalimat والحمد لله adalah ungkapan dzikir Nabi Adam AS ketika beliau bersin. Kemudian Allah swt menjawabnya اللهرحمك para Malaikat penjaga Arsy berkata:
هذه كلمة ثانية شريفة جليلة
Setelah bertahun-tahun…
3.      Kalimat ولا إله إلا الله Berasal dari Nabi Nuh AS ketika beliau menyeru ummatnya kepada tauhid (mengesakan Allah) dan menyembah hanya kepadanya. Sebab beliaulah Nabi  yang menyeru kepada tauhid karena ummat beliau adalah ummat yang pertama-tama menyekutukan Allah dengan membuat sesembahan dari berhala-berhala. Mendengar seruan Nabi Nuh AS tersebut para Malaikat berkata:
هذه كلمة ثالثة شريفة جليلة
Setelah bertahun-tahun
4.      Kalimat والله أكبر adalah ungkapan Nabi Ibrahim AS ketika Nabi Ismail diganti dengan domba tatkala disembelih. Mendengar hal itu para Malaikat berkata:
هذه كلمة رابعة شريفة جليلة
5.      Mendengar penuturan Malaikat Jibril AS, Rasulullah SAW berujar: لا حولا ولا قوة إلا با لله العلي العظيم .  Mendengar ini para Malaikat berkata: هذه كلمة خامسة شريفة جليلة
Kemudian kelima kalimat ini menjadi wirid tetap Malaikat Jibril AS. Rasulullah SAW juga memerintahkan para sahabat untuk mengamalkan doa ini.

Diijazahkan pada hari Rabu, 25 Muharram 1428 H/ 14 Februari 2015 M. Oleh Al-Magfurulah TGH. Mahmud Yasin, QH yang digelari Sirrul Asrar Maulana Al-Syaikh.